Congee, yang dikenal juga dengan berbagai nama seperti bubur nasi atau jook dalam bahasa Mandarin, adalah hidangan yang telah ada sejak ribuan tahun lalu dan menjadi comfort food bagi banyak orang di seluruh dunia. Meskipun setiap negara memiliki versi dan cara penyajian yang berbeda, esensi dari congee tetap sama: sebuah hidangan bubur nasi yang lembut dan mudah dicerna, yang sering kali dinikmati untuk sarapan, sebagai camilan, atau bahkan sebagai makanan penenang saat sakit. Artikel ini akan mengulas tentang sejarah, berbagai variasi congee, serta mengapa bubur nasi ini menjadi pilihan favorit bagi banyak budaya.
Apa Itu Congee?
Congee adalah bubur nasi yang dimasak dalam air atau kaldu hingga menjadi lembut dan cair. Di Asia Timur, terutama di China, Korea, Jepang, dan berbagai negara Asia Tenggara, congee dianggap sebagai hidangan yang menenangkan dan mudah dicerna. Hidangan ini memiliki tekstur yang lembut dan sering kali disajikan dengan berbagai topping atau lauk, mulai dari bahan-bahan yang gurih hingga manis, tergantung pada selera atau waktu penyajian.
Secara umum, congee terbuat dari beras putih yang dimasak dalam banyak cairan untuk menghasilkan bubur yang kental dan lembut. Biasanya, cairan yang digunakan adalah air, kaldu ayam, atau kaldu sayuran. Setelah dimasak, congee dapat dinikmati dalam kondisi polos atau dengan berbagai tambahan yang membuatnya semakin lezat dan bergizi.
Sejarah Congee
Sejarah congee dapat ditelusuri kembali ke Tiongkok kuno, sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi, di mana bubur nasi ini pertama kali dibuat. Pada waktu itu, congee merupakan makanan sederhana yang dimakan oleh masyarakat kelas bawah dan juga orang-orang yang sedang sakit atau dalam kondisi tubuh lemah. Di Tiongkok, congee dikenal dengan nama zhou atau jook (juga disebut jook di Hong Kong). Dari sana, congee menyebar ke berbagai wilayah Asia, termasuk Jepang, Korea, Vietnam, Thailand, dan bahkan India, yang memiliki versi bubur nasi mereka sendiri.
Seiring waktu, congee mulai dikenal sebagai hidangan yang bisa disesuaikan dengan berbagai selera dan keperluan, baik untuk sarapan, makan siang, atau bahkan untuk memberikan kenyamanan bagi mereka yang sakit. Kehadirannya di berbagai budaya menunjukkan bahwa meskipun bahan dasarnya sederhana, congee memiliki daya tarik yang universal dan abadi.
Variasi Congee di Berbagai Budaya
Meskipun congee pada dasarnya terbuat dari bahan yang sama, yakni beras dan cairan, cara penyajiannya bervariasi di berbagai budaya. Setiap negara atau wilayah memiliki ciri khas dan cara unik dalam menyajikan congee. Berikut adalah beberapa variasi congee dari berbagai negara:
1. China: Zhou (Jook)
Di Tiongkok, congee disebut zhou atau jook, dan merupakan hidangan tradisional yang sangat populer. Ada banyak jenis zhou yang disajikan di Tiongkok, baik itu zhou manis atau gurih. Zhou gurih sering kali disajikan dengan lauk seperti daging ayam cincang, ikan, telur asin, atau bahan fermentasi seperti pickled vegetables. Untuk versi manis, zhou bisa diberi gula merah dan kacang-kacangan.
Meskipun disajikan dengan berbagai topping, di Tiongkok, congee sering dimakan saat sarapan atau sebagai makanan penenang ketika seseorang merasa sakit atau kurang sehat. Sering kali, congee juga dimakan dengan lauk pendamping seperti youtiao (roti goreng tipis) atau fermented tofu.
2. Korea: Juk
Di Korea, congee dikenal dengan nama juk, yang juga merupakan hidangan tradisional yang penting dalam budaya mereka. Juk bisa dibuat dengan berbagai bahan, seperti beras putih, beras ketan, atau jagung. Dalam penyajiannya, juk sering kali diberi tambahan bahan seperti kacang merah, jamur, atau sayuran, dan sering kali dikonsumsi saat seseorang sedang sakit atau ingin menikmati makanan yang ringan dan menenangkan.
Salah satu jenis juk yang terkenal di Korea adalah bapjuk yang terbuat dari beras ketan, yang dimasak dalam kaldu ayam atau kaldu sayuran untuk memberikan rasa yang gurih. Makanan ini juga sering dihidangkan pada acara-acara spesial, seperti perayaan ulang tahun, di mana makanan ini dianggap membawa keberuntungan.
3. Thailand: Jok
Di Thailand, congee dikenal sebagai jok, yang sering dimakan dengan berbagai topping gurih, seperti telur ayam rebus, daging ayam atau babi cincang, serta kecap ikan dan bawang putih goreng. Di beberapa daerah, jok juga bisa diberi tambahan sawi atau kecap manis untuk meningkatkan rasa.
Pada umumnya, jok di Thailand disajikan sebagai sarapan pagi, namun juga bisa dinikmati pada waktu lain sepanjang hari. Makanan ini seringkali dianggap sebagai hidangan yang menenangkan dan dapat membantu meredakan gejala penyakit ringan.
4. Vietnam: Cháo
Di Vietnam, congee disebut cháo, yang sering disajikan dengan berbagai jenis topping, mulai dari ayam, ikan, hingga sayuran. Salah satu jenis cháo yang sangat terkenal adalah cháo gà, yang terbuat dari ayam, beras, dan kaldu yang gurih, serta bumbu-bumbu rempah yang memberi rasa khas Vietnam.
Selain cháo gà, ada juga cháo trắng, yang merupakan varian bubur nasi polos yang disajikan dengan lauk pauk seperti pickled vegetables dan ikan asin. Cháo di Vietnam juga sering dimakan oleh mereka yang sedang sakit karena dianggap bisa membantu memulihkan stamina tubuh.
5. India: Khichdi
Di India, meskipun congee dikenal lebih jarang, ada hidangan serupa yang disebut khichdi. Terbuat dari beras dan lentil yang dimasak bersama rempah-rempah seperti jintan, kunyit, dan jahe, khichdi adalah hidangan yang sangat populer dan dianggap sebagai comfort food oleh banyak orang India.
Khichdi sering kali dimakan sebagai makanan yang menenangkan, terutama saat seseorang sedang merasa sakit atau tidak enak badan. Makanan ini juga sering disajikan selama periode puasa atau sebagai hidangan ringan pada malam hari.
Kenapa Congee Menjadi Comfort Food?
Congee menjadi comfort food karena alasan yang beragam, yang meliputi manfaat kesehatan, sifatnya yang mudah dicerna, dan kemampuannya untuk memberikan kenyamanan fisik dan emosional. Beberapa alasan utama mengapa congee begitu populer sebagai makanan penenang antara lain:
1. Mudah Dicerna dan Menghangatkan Tubuh
Congee memiliki tekstur yang lembut dan mudah dicerna, menjadikannya pilihan yang tepat untuk orang yang sedang sakit atau mereka yang memerlukan makanan ringan namun bergizi. Proses memasaknya yang lama juga membantu melepaskan lebih banyak nutrisi dari beras, sehingga memberikan energi yang tahan lama tanpa memberatkan sistem pencernaan.
2. Kandungan Nutrisi yang Seimbang
Bubur nasi ini, terutama yang ditambah dengan kaldu atau lauk pauk seperti sayuran, ayam, atau ikan, memberikan keseimbangan antara karbohidrat, protein, dan lemak sehat. Nutrisi yang terkandung dalam congee membantu menjaga daya tahan tubuh dan memulihkan energi.
3. Fleksibilitas dalam Penyajian
Congee dapat disajikan dengan berbagai topping dan bahan tambahan sesuai selera. Ini memungkinkan congee untuk disesuaikan dengan kebutuhan gizi atau selera individu, baik untuk yang lebih menyukai rasa manis maupun gurih. Selain itu, congee juga dapat diubah menjadi hidangan yang lebih kaya dengan menambahkan bahan seperti telur, daging, sayuran, atau rempah-rempah.
4. Sifat Penenang Emosional
Bubur nasi ini sering kali dikaitkan dengan perasaan nyaman dan kenangan akan rumah, terutama ketika dimakan bersama keluarga atau saat seseorang sedang sakit. Konsep makanan yang menenangkan secara emosional membuat congee menjadi lebih dari sekadar makanan fisik, tetapi juga sebuah pengalaman yang memberi rasa aman dan hangat.
Congee adalah hidangan sederhana namun sangat berharga yang telah menjadi bagian dari berbagai budaya di Asia. Dengan tekstur lembut, rasa yang mudah diterima, dan fleksibilitas dalam penyajian, congee dapat dinikmati oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Makanan ini bukan hanya sebuah hidangan yang menyegarkan dan menenangkan, tetapi juga kaya akan nilai gizi yang mendukung kesehatan tubuh. Apakah Anda memakannya untuk sarapan, sebagai hidangan penyembuh, atau sekadar untuk kenyamanan emosional, congee selalu siap memberikan rasa hangat dan menenangkan.